Zonafaktualnews.com – Pakar IT Ridho Rahmadi mengungkapkan bahwa serangan siber yang baru-baru ini melumpuhkan database di Pusat Data Nasional (PDN) 2 hanyalah awal dari ancaman yang lebih besar yang mengintai infrastruktur digital Indonesia.
Menurutnya, serangan ini menunjukkan kerentanan serius dalam sistem teknologi negara yang sebagian besar dibangun oleh entitas asing, khususnya China.
“Menurut analisis saya, serangan ini masih dalam skala kecil. Ada potensi ancaman yang jauh lebih besar yang bisa terjadi kapan saja karena infrastruktur digital di Indonesia tidak sepenuhnya dibangun oleh orang Indonesia,” ujar Ridho dalam podcast Integritas yang dipandu oleh eks penyidik KPK, Novel Baswedan, yang dikutip pada Rabu (26/6/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ridho menjelaskan bahwa jaringan internet Palapa Ring, yang memiliki panjang 35.000 kilometer dan menghubungkan berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara, sebagian besar dibangun oleh China.
Jaringan penting sepanjang 1.600 kilometer ini menjadi simpul krusial yang menghubungkan Indonesia dengan negara-negara tetangga.
“Bagian penting dari Palapa Ring ini dibangun oleh China,” kata Ridho.
Selain itu, Ridho menyebutkan Fiber Star, jaringan internet yang menghubungkan 95 kota di Indonesia dengan panjang 3.000 kilometer antara Jakarta dan Surabaya, juga dibangun oleh perusahaan China seperti Huawei.
China telah masuk ke Indonesia melalui program Digital Silk Road (DSR), bagian dari inisiatif Belt and Road Initiative (BRI).
Indonesia bergabung dengan BRI pada 2015, dan saat ini terdapat lebih dari 160 negara yang menjadi anggota.
“China telah menggarap 41 proyek digital di Indonesia, mulai dari pusat data, telekomunikasi, smart city, dan banyak lagi. Sebanyak 73 aplikasi di Indonesia juga buatan China,” ungkap Ridho, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Partai Ummat.
Ridho memperingatkan bahwa jika China memutus jaringan internet sepanjang 1.600 kilometer di Palapa Ring dan Fiber Star selama 12 jam, dampaknya terhadap kehidupan di Indonesia akan sangat besar.
Komunikasi melalui WhatsApp, belanja online, belajar online, dan aktivitas ekonomi akan terhenti, yang berpotensi menyebabkan kekacauan besar.
“WhatsApp mati, belanja online mati, belajar online mati, ekonomi mati. Kita akan menghadapi kekacauan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dibandingkan dengan peretasan PDN saat ini, itu tidak ada apa-apanya,” jelas Ridho.
Selain itu, Ridho menyoroti rekam jejak China yang sering mencuri data, yang telah membuat banyak negara menolak aplikasi seperti TikTok karena dianggap membahayakan keamanan nasional.
Penelitian dari University of Edinburgh baru-baru ini menemukan bahwa ponsel Android buatan China secara aktif mencuri data.
Dengan ancaman yang semakin besar ini, Ridho menekankan pentingnya Indonesia untuk memperkuat infrastruktur digitalnya sendiri dan mengurangi ketergantungan pada negara asing untuk menjaga keamanan nasional.
Editor : Id Amor
Follow Berita Zona Faktual News di Google News





















