Kemenkes dan Eks Menkes Beda Pandangan Soal Nyamuk Wolbachia

Jumat, 17 November 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Eks Menkes, Siti Fadilah Supari (Foto Kolase)

i

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Eks Menkes, Siti Fadilah Supari (Foto Kolase)

Zonafaktualnews.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dan eks Menkes beda pandangan soal penyebaran nyamuk wolbachia.

Eks Menkes, Siti Fadilah Supari mengaku khawatir dan keberatan saat masyarakat dijadikan subjek penelitian.

Menurutnya hal itu mengusik kedaulatan bangsa Indonesia lantaran belum tahu bagaimana dampak penyebaran wolbachia ke depannya.

ADVERTISEMENT

Klik untuk Hubungi via WhatsApp

Klik gambar untuk terhubung ke WhatsApp

SCROLL TO RESUME CONTENT

Untuk penelitian penanganan DBD di Indonesia bagi Siti Fadilah tidak masalah dilakukan oleh siapa pun.

Namun, kata Siti menekankan, hal itu haruslah menggunakan cara yang lebih transparan.

“Kita tidak menentang penelitian (DBD) dilakukan di luar oleh siapa pun, baik World Mosquito Program (WWP),

Tetapi kalau mereka menggunakan masyarakat kita, seharusnya mereka menggunakan cara yang lebih transparan,” ujarnya.

Siti menerangkan, penyebaran nyamuk wolbachia diklaim membuat Aedes aegypti tidak berkembang biak lagi.

“Program pengendalian nyamuk kan selama ini sudah ada dan kita tidak bermasalah soal itu,

Tapi tiba-tiba pemerintah melakukan penyebaran nyamuk yang mengandung wolbachia,

Yang mereka klaim akan bisa memengaruhi, sehingga nyamuk Aedes aegypti itu tidak bisa berkembang biak lagi,” terangnya.

Adapun penularan DBD, dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti, yang mana si nyamuk hinggap dari satu orang ke orang lain.

“Nyamuk ini penularannya dengan jalan dia mengambil darah dari orang, kemudian dia terbang lagi mengisap darah ke tubuh orang lain, sehingga orang akan tertular.

Nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia tampaknya dia bisa menurunkan mobilitas maupun mortalitas penyakit demam berdarah,” jelasnya

Mantan menkes Siti Fadilah Supari bersama kelompok “Gerakan Sehat Untuk Rakyat” meminta penyebaran nyamuk Aedes mengandung bakteri Wolbachia dihentikan.

BACA JUGA :  Kematian Dokter Aulia Terungkap, Dugaan Perundungan dan Bukti Baru Mengemuka

Alasan Siti lainnya meminta menghentikan hal itu karena masuknya Bill Gates ke dalam proyek Kemenkes ini.

Dilansir dari laman Kemenkes, penandatanganan MOU dengan The Bill & Melinda Gates Foundation (BMGF) untuk mentransformasi pelayanan kesehatan di Indonesia.

MoU antara Kemenkes dan BMGF tersebut telah ditandatangani pada Kamis 8 Juni 2023 di gedung Kemenkes, Jakarta.

Bill Gates pernah menyatakan ketertarikan pada WMP dalam salah satu catatan di lamannya di gatesnotes.com/mosquito-week-2022.

Siti juga menyoroti keterlibatan Kementerian Kesehatan dalam penyebaran nyamuk Wolbachia.

“Apakah sudah ada izin keamanan dan pertahanan? Karena ini menyangkut kedaulatan Republik Indonesia,

Jangan sembarangan menyetujui percobaan yang langsung dilakukan pada rakyat Indonesia,” ujarnya.

Untuk itu, Siti bersama Gerakan Sehat Untuk Rakyat Indonesia mengingatkan Pemerintah untuk segera menghentikan hal itu.

Terlebih rencana pelepasan 200 juta nyamuk Wolbachia akan disebar di Pulau Bali pada 13 November 2023, dan juga di 5 kota lainnya yaitu di Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Kupang dan Bontang.

Keprihatinan dan tuntutan ini disuarakan juga secara bersama oleh “Gerakan Sehat Untuk Rakyat Indonesia”.

Gerakan ini diinisiasi oleh SFS Foundation, Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia, dan Gladiator Bangsa, serta didukung Puskor Hindunesia.

BACA JUGA :  Heboh Pengobatan Ida Dayak, Kemenkes Soroti Soal Izin Praktik

Dr. Ir. Kun Wardana Abyoto, MT, menjelaskan Program pelepasan ratusan juta nyamuk Wolbachia di Indonesia ini membawa risiko parah, antara lain, resiko terhadap Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan.

Menurutnya, belum ada studi menyeluruh di Bali, Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Kupang dan Bontang secara jangka panjang sehingga berisiko terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan, termasuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Pelepasan jutaan nyamuk kata dia sangat berpotensi merusak industri pariwisata, serta ekonomi masyarakat setempat.

“Siapa yang bertanggung jawab jika terjadi kesalahan dan dampak yang tak terhitung?” ujarnya.

Pandangan Kemenkes

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI dr Maxi Rein Rondonuwu memastikan teknik wolbachia melibatkan pertimbangan para ahli hingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

“Kemenkes sangat percaya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh teman2 UGM dan sudah ada rekomendasi WHO,” kata Maxi

Data dari riset awal disebut sudah cukup menunjukkan seberapa efektif intervensi wolbachia, menekan penyebaran DBD. Efektivitas wolbachia sebetulnya diteliti sejak 2011.

WMP di Yogyakarta dengan filantropi yayasan Tahija melakukan riset persiapan dan pelepasan aedes aegypti berwolbachia dalam skala terbatas selama empat tahun hingga 2015.

Hasilnya menunjukkan wolbachia bisa melumpuhkan virus dengue di dalam tubuhnnyamuk aedes aegypti. Walhasil, virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia.

BACA JUGA :  KPK Temukan Praktik Mark Up dan Kongkalikong Alkes

“Jika aedes aegypti jantan berwolbachia kawin dengan aedes aegypti betina, virus dengue pada nyamuk betina akan terblok.

Selain itu, jika yang berwolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia

Maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia,” demikian pernyataan resmi Kemenkes, dikutip Jumat (17/11/2023).

Uji coba nyamuk ber-wolbachia dilakukan di Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul pada 2022.

Kasus demam berdarah di lokasi tersebut khususnya pasien yang dirawat di RS, menurun sebanyak 86 persen.

Sementara kasus DBD secara keseluruhan berhasil ditekan hingga 77 persen.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani, juga penurunan penyebaran DBD ini sejalan dengan penerapan wolbachia. Penurunan bahkan terbilang sangat signifikan.

“Jumlah kasus di Yogyakarta pada bulan Januari hingga Mei 2023 dibanding pola maksimum dan minimum di 7 tahun sebelumnya (2015 – 2022) berada di bawah garis minimum,” katanya

Di sisi lain, Sigit Hartobudiono, Lurah Patangpuluhan Yogyakarta mengaku sempat ada kekhawatiran terkait penyebaran nyambuk ber-wolbachia di masyarakat.

“Masyarakat pada awalnya memang ada kekhawatiran karena pemahaman dari masyarakat itu nyamuk ini dilepas kok bisa mengurangi (DBD).

Tapi seiring berjalan dan kita sudah ada edukasi, ada sosialisasi, sekarang masyarakat justru semakin paham, bahwa sebenarnya teknologi ini untuk mengurangi DBD,” pungkasnya

 

 

Editor : Id Amor

Berita Terkait

Aplikasi Byond BSI Error, Nasabah Keluhkan Gangguan Transaksi
Mencurigakan! Kantor ATR/BPN Terbakar Usai Kasus Pagar Laut Viral, Hilangkan Jejak?
Anggaran IKN Disetop, Jokowi: Jangan Tarik-tarik Saya
Kejagung Tahan Anak Buah Sri Mulyani Terkait Kasus Korupsi Jiwasraya
Jokowi Dulu Ledek Hambalang, Kini Giliran IKN yang Kena Karma Mangkrak
MUI Haramkan Orang Kaya Pakai Gas 3 Kg dan Pertalite
Dituding Memeras dan Mencemarkan Nama Baik, Nikita Mirzani dan dr Oky Buka Suara
KPK Sita 11 Mobil dari Rumah Ketum PP Japto Soerjosoemarno

Berita Terkait

Selasa, 11 Februari 2025 - 00:07 WITA

Aplikasi Byond BSI Error, Nasabah Keluhkan Gangguan Transaksi

Minggu, 9 Februari 2025 - 15:21 WITA

Mencurigakan! Kantor ATR/BPN Terbakar Usai Kasus Pagar Laut Viral, Hilangkan Jejak?

Minggu, 9 Februari 2025 - 14:28 WITA

Anggaran IKN Disetop, Jokowi: Jangan Tarik-tarik Saya

Sabtu, 8 Februari 2025 - 01:40 WITA

Kejagung Tahan Anak Buah Sri Mulyani Terkait Kasus Korupsi Jiwasraya

Sabtu, 8 Februari 2025 - 01:07 WITA

Jokowi Dulu Ledek Hambalang, Kini Giliran IKN yang Kena Karma Mangkrak

Berita Terbaru

Aplikasi Byond BSI Error (Tangkapan Layar)

Nasional

Aplikasi Byond BSI Error, Nasabah Keluhkan Gangguan Transaksi

Selasa, 11 Feb 2025 - 00:07 WITA