Zonafaktualnews.com – Gencatan senjata di Gaza resmi berakhir, dan Israel merespons dengan mengerahkan 400.000 tentara cadangan untuk kemungkinan serangan besar-besaran.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dikabarkan berada di bawah tekanan dari sayap kanan pemerintahannya untuk melanjutkan perang, meskipun Hamas bersikeras agar Israel memenuhi ketentuan gencatan senjata dan menarik pasukannya dari Gaza.
Menurut Luciano Zaccara, profesor politik Teluk di Universitas Qatar, Netanyahu tengah memainkan strategi politik yang berbahaya.
“Dia mencoba menyalahkan Hamas atas gagalnya perpanjangan gencatan senjata, sementara Hamas justru menuntut Israel untuk berkomitmen pada kesepakatan tersebut,” kata Zaccara kepada Al Jazeera. Senin (3/3/2025).
Di sisi lain, Amerika Serikat mengirimkan sinyal ambigu terkait konflik ini. Washington secara terbuka menyatakan ingin mengakhiri perang, tetapi tetap memberikan ruang bagi Netanyahu untuk melanjutkan operasi militer jika dianggap sebagai solusi untuk menumpas Hamas.
Langkah mobilisasi militer besar-besaran ini dikonfirmasi oleh laporan Anadolu Agency, yang menyebutkan bahwa Israel telah menyetujui RUU untuk menambah jumlah tentara cadangan hingga 400.000 orang pada 29 Mei.
Keputusan ini diambil di tengah ketidakpastian mengenai kelanjutan negosiasi tahap kedua gencatan senjata dan pertukaran tahanan.
Saluran berita Israel, Channel 14, melaporkan bahwa peningkatan jumlah pasukan ini dipicu oleh kesulitan dalam merekrut personel untuk operasi militer yang berkepanjangan.
Fase pertama gencatan senjata yang berlaku sejak 19 Januari telah berakhir, tetapi Israel masih menolak untuk memasuki tahap selanjutnya yang mencakup penarikan pasukan dari Gaza.
Sementara itu, Hamas menolak tuntutan Israel yang berusaha memperpanjang fase pertukaran tahanan tanpa memberikan konsesi berarti.
Kelompok perlawanan Palestina tersebut menegaskan bahwa gencatan senjata hanya bisa berlanjut jika Israel setuju untuk menghentikan serangan dan menarik pasukannya secara penuh dari Gaza.
Perang yang telah berlangsung selama berbulan-bulan ini telah menyebabkan kehancuran besar di Gaza, dengan lebih dari 48.380 korban jiwa, mayoritas adalah wanita dan anak-anak.
Serangan Israel telah meratakan banyak wilayah, meninggalkan ribuan warga dalam kondisi yang mengenaskan.
Secara internasional, tekanan terhadap Israel semakin meningkat. Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) sebelumnya telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang.
Selain itu, Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional atas agresi militernya di Gaza.
Dengan berakhirnya gencatan senjata dan mobilisasi militer dalam skala besar, masa depan Gaza kembali dalam bayang-bayang perang yang lebih dahsyat.
Netanyahu tampaknya telah memilih jalan konfrontasi, dan dunia kini menanti apakah eskalasi ini akan membawa kehancuran lebih lanjut atau tekanan global mampu menghentikannya.
Editor : Id Amor
Follow Berita Zona Faktual News di Google News