Zonafaktualnews.com – Kenaikan harga terjadi pada komoditas beras, kedelai biji kering, bawang, daging sapi, hingga minyak goreng.
Berdasarkan data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Senin (4/3/2924), harga beras premium naik 2,67 % menjadi Rp 16.900 per kilogram.
Sementara untuk harga bawang merah naik sebesar 8,75 % menjadi Rp 36.770 per kilogram dan bawang putih naik 6,79 % menjadi Rp 41.670 per kilogram.
Harga kedelai biji kering impor melonjak signifikan sebesar 8,84 % menjadi Rp14.410 per kilogram.
Selanjutnya, harga daging sapi murni naik 1,81% ke level Rp136.960 per kilogram. Produk unggas seperti daging ayam ras dan telur ayam ras terkerek naik masing-masing sebesar 8,11% dan 7,97%.
Dengan demikian, harga daging ayam ras dipatok di level Rp40.280 per kilogram dan telur ayam ras Rp33.310 per kilogram.
Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas lainnya. Harga gula konsumsi naik 3,33% menjadi Rp18.300 per kilogram.
Harga minyak goreng kemasan sederhana naik 8,47 % menjadi Rp 19.080 per liter dan minyak goreng curah naik tipis 1,48% menjadi Rp15.780 per liter.
Harga tepung terigu curah naik signifikan sebesar 10,40% menjadi Rp11.680 per kilogram dan tepung terigu kemasan noncurah naik 9,21% menjadi Rp14.700 per kilogram.
Kemudian, harga jagung di tingkat peternak melambung tinggi. Pagi ini, harga jagung di tingkat petani melonjak sebesar 14,67% menjadi Rp9.850 per kilogram.
Harga garam halus naik 11,22 % menjadi Rp12.890 per kilogram. Beberapa jenis ikan seperti ikan kembung dan ikan bandeng juga mengalami kenaikan harga 7,17 % menjadi Rp40.340 per kilogram dan ikan bandeng naik 8,35 % menjadi Rp 36.730 per kilogram.
Merespon hal tersebut, Anggota Komisi VI DPR RI, Amin Ak menilai, Presiden Jokow gagal mencapai swasembada pangan, khususnya beras.
“Pemerintah jelas tidak berhasil mengurus produksi beras di dalam negeri. Bukannya swasembada, kita malah semakin bergantung pada impor,” ujar Amin
Gejala penurunan produksi sudah terlihat sejak awal 2023 lalu. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan iklim, kelangkaan dan kenaikan harga pupuk, serta biaya produksi yang tinggi akibat dampak kenaikan harga BBM.
“Seharusnya hal ini bisa dicegah. Namun, ironisnya, pemerintah berencana mengimpor beras sebanyak 3,6 juta ton tahun ini, yang berdampak pada harga jual gabah petani yang anjlok,” ujar Amin.
Politikus PKS itu juga tidak sepakat dengan pernyataan Presiden Jokowi bahwa harga beras sudah turun. Menurut pengamatan di lapangan, harga beras masih tinggi.
“Hanya ada penurunan harga saat Bulog melakukan operasi. Tapi itu pun sangat terbatas,” tandas Amin.
Selain Kenaikan harga yang terjadi pada komoditas tersebut Ketua Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Keuangan Negara (LPEKN), Sasmito Hadinegoro menilai agenda ekonomi yang dijanjikan Jokowi, banyak yang meleset. Paling mencolok adalah soal utang.
“Terbukti, hampir 10 tahun Jokowi memerintah, fundamental ekonomi negara menjadi rapuh. Karena, ekonomi dibangun dengan utang. Lantaran menggunung utang pemerintahan saat ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah dilabeli ratu utang,” kata Sasmito,
Kata Sasmito, tumpukan utang era Jokowi bak bom waktu bagi pemerintahan Indonesia di masa depan. Menggunungnya utang saat ini, dipicu tata kelola keuangan negara yang amburadul.
Kendati demikian, berdasarkan catatan Menteri Keuangan Sri Mulyani utang Pemerintah hingga akhir 2023 tembus Rp 8.114 triliun.
Editor : Id Amor