Zonafaktualnews.com – Langit Jakarta masih muram ketika Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, berdiri di podium.
Udara di ruangan terasa berat, seakan menunggu sesuatu yang besar akan terjadi. Dan benar saja, ketika ia mulai berbicara, beberapa alis di antara hadirin langsung terangkat.
“Jadi, Ibu dan Bapak sekalian, kalau ada orang mengatakan, ‘udah, kenapa mesti ngasih makan?’ ‘kenapa tidak dikasih pekerjaan saja?’ tidak akan cepat tercapai untuk mengatasi persoalan ini,” ujar Rachmat dalam acara pada Sabtu 22 Maret 2025, suaranya tenang, tapi ucapannya seperti petir di siang bolong.
Seketika suasana berubah. Pernyataannya langsung jadi bahan obrolan panas, bukan cuma di ruangan itu, tapi juga di dunia maya.
Warganet gaduh, sebagian setuju, tapi tak sedikit yang pasang kuda-kuda buat menyindir.
Rachmat menegaskan bahwa ada 180 juta penduduk Indonesia yang belum tercukupi gizinya. Masalah ini, katanya, tak bisa diselesaikan hanya dengan membuka lapangan kerja.
“Dalam statistik kami, ada 180 juta orang Indonesia yang angka kecukupan gizinya tidak terpenuhi. 50 ribu bayi lahir cacat, 1 juta orang terpapar TBC, 100 ribu orang wafat setiap tahun karena TBC. Itu semua karena kurang gizi,” katanya, kali ini nadanya lebih tajam.
Menurutnya, program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto adalah solusi konkret.
“Sebelum kita mendidik anak-anak kita, sebelum menyehatkan anak-anak kita, sebelum kita mengarahkan anak-anak kita untuk jadi apa ini dan itu, berilah makan yang secukupnya,” tegasnya.
Namun, tak semua orang bisa menerima gagasan ini mentah-mentah. Warganet bereaksi cepat, membombardir media sosial dengan kritik pedas.
Akun Instagram @pandemictalks yang membagikan ulang pernyataan Rachmat langsung dihujani komentar.
“JUSTRU BISA KURANG GIZI karena orang tuanya nggak dapat pekerjaan, please use logic lol,” sindir akun @sio****im.
“Lah kan harusnya dua-duanya. Kalau miskin cuma mampu dapat MBG siang yang kualitasnya pun tidak bergizi-begitu amat (dari anggaran yang kurang), malamnya gimana? Mana cukup sehari cuma satu kali ‘bergizi’?” timpal @iniy*****.
“Itu namanya anaknya makan, orang tuanya pengangguran,” tulis akun @ia****.
Di tengah panasnya perdebatan, Rachmat tetap kukuh. Baginya, program ini bukan sekadar janji, melainkan sejarah yang tengah ditorehkan Presiden Prabowo.
“Setiap Presiden punya sejarahnya sendiri, punya catatan, caranya sendiri, dan kita yang sedang bersama-sama pimpinan Presiden beberapa tahun terakhir sedang membangun sejarah baru,” ujarnya mantap.
Sejarah baru, katanya. Tapi apakah ini akan jadi kisah sukses atau sekadar catatan kontroversial? Waktu yang akan menjawab.
(Id Amor)
Follow Berita Zona Faktual News di Google News