Zonafaktualnews.com – Langit ekonomi Indonesia makin kelam. Tak ada tanda-tanda perbaikan, justru yang terlihat adalah perlahan tapi pasti, Indonesia makin terjerumus dalam pusaran ketidakpastian. IHSG anjlok, daya beli jeblok, dan industri megap-megap.
“Ini bukan sekadar pelemahan ekonomi biasa. Ini akumulasi kebijakan yang tak punya arah,” tegas pengamat ekonomi politik Universitas Airlangga, Ichsanuddin Noorsy, Rabu, 2 April 2025.
Noorsy menilai, efek kebijakan Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto makin terasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kelas menengah yang dulu jadi tulang punggung ekonomi, kini menyusut hingga 9,7 juta jiwa. Industri? Kian sekarat, tak bisa bersaing. PHK terus bergulir, sejak 2020 hingga kini, tak ada tanda-tanda surut.
Bukan hanya itu. Inflasi rendah? Bukan kabar baik! Itu justru menunjukkan lesunya ekonomi. Orang tak lagi punya daya beli, transaksi menurun, pasar kehilangan gairah. Sementara rupiah terus tergerus, makin tak berdaya menghadapi tekanan global.
Belum cukup sampai di situ, kebijakan relokasi anggaran 2025 justru makin memperparah situasi.
“Pemerintah salah langkah. Likuiditas makin kering, konsumsi tertekan, Indonesia malah terjerumus ke dalam deflasi!” kata Noorsy.
Efeknya langsung terasa. Ramadan yang biasanya jadi momentum pergerakan ekonomi justru membawa tekanan baru. PPN naik jadi 12 persen, harga-harga tetap tinggi, masyarakat makin terbebani.
Di sisi lain, proyek ambisius seperti Danantara dan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang-gadang sebagai solusi justru dinilai sebagai kebijakan setengah matang.
“Tanpa perhitungan cermat, ini hanya jadi proyek yang makin menguras fiskal,” tegasnya.
Noorsy memperingatkan, jika pemerintah tak segera turun tangan, ekonomi nasional akan makin kehilangan kepercayaan.
Pasar ragu, investor lari, industri ambruk, rakyat yang akhirnya menanggung akibatnya.
“Tanpa langkah konkret, perekonomian kita hanya akan jadi kapal yang perlahan tenggelam di lautan krisis!” pungkasnya.
(Id Amor)
Follow Berita Zona Faktual News di Google News