Zonafaktualnews.com – Konflik di Suriah kembali menjadi sorotan dunia setelah beredarnya kesaksian para korban yang selamat dari penjara-penjara rezim Bashar Al-Assad.
Melalui media sosial, Jumat (7/2/2025), rakyat Suriah membongkar kekejaman yang terjadi selama bertahun-tahun, memicu kemarahan global.
Salah satu pusat penyiksaan yang paling terkenal adalah Penjara Sednaya, yang dijuluki sebagai “neraka di bumi” bagi para tahanan politik.
Kesaksian Korban: ‘Kami Diperlakukan Seperti Hewan!’
Dalam video yang viral di TikTok dan X (Twitter), para korban menceritakan bagaimana mereka disiksa dengan cara yang tak terbayangkan.
Raed al-Saleh, direktur organisasi kemanusiaan White Helmets, menyebut Sednaya bukan sekadar penjara, tetapi rumah jagal manusia.
“Sednaya tidak terasa seperti penjara. Itu adalah tempat pemotongan hewan, di mana manusia dibantai dan disiksa setiap hari,” ungkap al-Saleh dalam wawancara dengan Al Jazeera.
Menurut laporan Amnesty International, 50 hingga 100 tahanan dieksekusi setiap hari di penjara tersebut selama masa pemerintahan Assad.
Metode penyiksaan yang digunakan di penjara-penjara rezim Assad sangat brutal, di antaranya:
- “Kursi Jerman” – Tahanan dipaksa duduk di kursi yang dibengkokkan ke belakang hingga tulang belakang mereka patah.
- “Karpet Terbang” – Korban diikat di papan kayu yang dilipat hingga tubuh mereka terhimpit, menyebabkan nyeri luar biasa.
- “Tangga Maut” – Tahanan diikat di tangga, lalu didorong jatuh berulang kali hingga tulang mereka patah.
Selain itu, pelecehan seksual dan pemerkosaan menjadi senjata utama rezim Assad untuk mengintimidasi para tahanan. Baik pria maupun wanita dipaksa telanjang, ditutup matanya, dan mengalami kekerasan seksual secara sistematis.
Tahanan Ditemukan dalam Oven dan Kuburan Massal
Kelompok penyelamat White Helmets yang masuk ke Penjara Sednaya menemukan tumpukan mayat yang terbakar di dalam oven.
Tim juga mengungkap adanya kuburan massal di sekitar penjara, tempat ribuan tahanan yang dieksekusi dikuburkan tanpa identitas.
Bagi rakyat Suriah, Penjara Sednaya adalah simbol kebrutalan pemerintahan Assad. Kini, setelah jatuhnya rezim diktator tersebut, oposisi berusaha membebaskan ribuan tahanan yang masih terperangkap di ruang bawah tanah fasilitas penyiksaan.
Penangkapan Massal untuk Membungkam Oposisi
Sejak 2011, ketika revolusi Arab Spring melanda Suriah, rezim Assad menangkap dan menghilangkan siapa saja yang berani berbicara menentangnya.
Dalam laporan Amnesty International, sekitar 157.634 warga Suriah ditangkap sejak Maret 2011 hingga Agustus 2024, termasuk 5.274 anak-anak dan 10.221 wanita.
Selama lebih dari satu dekade, warga Suriah hidup dalam ketakutan, di bawah ancaman intelijen dan aparat keamanan Assad.
Ungkapan “tembok punya telinga” menjadi simbol ketakutan rakyat, di mana siapa pun yang mengkritik rezim bisa menghilang tanpa jejak.
Akhir Rezim Diktator Assad
Pada 8 Desember 2024, kelompok oposisi berhasil menumbangkan rezim Assad setelah pertempuran sengit. Pasukan Demokratik Suriah (SDF), yang dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), merebut sebagian besar wilayah negara itu. Komando militer Suriah pun resmi mengumumkan bahwa era Bashar al-Assad telah berakhir.
Kini, Bashar al-Assad dilaporkan melarikan diri ke Rusia setelah Moskow memberikan suaka politik kepadanya. Menurut laporan Al Jazeera, Assad sudah tidak terlihat di depan publik sejak pemberontak menguasai Damaskus.
Dunia Internasional Murka
Terungkapnya kekejaman rezim Assad membuat dunia internasional geram. Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan bahwa Prancis tidak akan menormalisasi hubungan dengan Suriah selama Assad masih berkuasa.
Liga Arab, yang sempat menangguhkan keanggotaan Suriah sejak 2011, juga mengecam kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Assad. Amnesty International menyebut jatuhnya rezim Assad sebagai “kesempatan bersejarah” untuk menyeret para pelaku ke pengadilan internasional.
Keadilan untuk Korban Kekejaman Assad
Kini, rakyat Suriah yang selamat berharap keadilan dapat ditegakkan. Penyelidik kejahatan perang PBB menyerukan agar semua pelaku penyiksaan dan eksekusi diadili.
Meski Assad telah tumbang, luka yang ditinggalkan rezimnya masih membekas di benak rakyat Suriah. Mereka berharap dunia tidak melupakan penderitaan mereka dan mendukung proses hukum bagi para pelaku kejahatan kemanusiaan di bawah pemerintahan diktator Assad.
Reaksi Netizen di Media Sosial
Kekejaman rezim diktator Bashar Al Assad menuai kecaman dan kutukan dari para pengguna media sosial.
“Lebih kejam dari Iblis, Rakyatnya dibunuh, para pendemo ditembaki, oposisi dipenjara di bawah tanah, laknat sekali,” ujar salah satu netizen mengomentari video viral tersebut.
“Sumpah PBB kemana selama ini, media juga mengapa bungkam?” timpal netizen lainnya.
“Ngeri, rakyatnya sendiri dipenjara di bawah tanah dan dicor hidup-hidup, lebih kejam dari Iblis, biadab,” ujar netizen lainnya.
“Sadis, ini presidennya dia berkuasa selama 54 tahun, baru terbongkar kejahatannya,” timpal netizen lainnya.
Editor : Id Amor
Follow Berita Zona Faktual News di Google News