Melampaui Hawa Nafsu, Puasa Ramadan sebagai Jalan Pencerahan

Minggu, 2 Maret 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto Ilustrasi : Puasa Ramadan sebagai Jalan Pencerahan

Foto Ilustrasi : Puasa Ramadan sebagai Jalan Pencerahan

Puasa Ramadan bukan sekadar ritual menahan lapar dan dahaga, tetapi merupakan perjalanan batin menuju pemurnian jiwa.

Dalam keheningan perut yang kosong, manusia diajak merenungkan esensi eksistensinya, menggali makna hidup, serta menemukan kembali jati diri dalam hubungan dengan Sang Pencipta.

Ramadan adalah medan ujian bagi jiwa, di mana keterikatan pada duniawi diuji, dan kemurnian hati ditempa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kesabaran sebagai Pilar Kearifan

Kesabaran dalam puasa bukan sekadar ketahanan fisik, tetapi latihan jiwa dalam menghadapi dinamika kehidupan. Seperti yang dikatakan dalam kebijaksanaan klasik.

“Kesabaran adalah kebajikan tertinggi yang membimbing manusia menuju pencerahan.”

Dengan menahan diri dari amarah, hawa nafsu, dan keinginan duniawi, manusia memasuki fase transendensi, di mana kesadaran spiritual lebih dominan dibanding dorongan biologis semata.

Dalam filsafat Islam, kesabaran (ṣabr) bukan hanya bentuk ketahanan, tetapi juga manifestasi dari keikhlasan menerima ketentuan ilahi. Allah SWT berfirman:

BACA JUGA :  Waspada! Kebanyakan Tidur Saat Puasa Bisa Bahaya

“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)

Kalimat ini bukan sekadar pernyataan, tetapi sebuah paradigma hidup. Kesabaran bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang membentuk manusia menuju puncak kemanusiaan sejati.

Puasa sebagai Ritual Keikhlasan

Dalam esensi terdalamnya, puasa adalah ibadah yang menuntut totalitas keikhlasan. Tidak ada yang mengetahui apakah seseorang berpuasa atau tidak, kecuali dirinya sendiri dan Tuhan.

Maka, puasa menjadi cermin kejujuran manusia dalam ibadahnya. Seperti yang diungkapkan dalam filsafat eksistensial.

 “Dalam keheningan, manusia menemukan dirinya sendiri.”

Puasa adalah ruang keheningan itu. Keikhlasan dalam menahan lapar bukanlah sekadar kepatuhan terhadap aturan, melainkan bentuk penghambaan yang tulus, di mana ego ditundukkan dan hati menjadi jernih.

Dalam dimensi spiritual, keikhlasan adalah langkah pertama menuju pencerahan batin.

Puasa sebagai Jalan Kesadaran dan Syukur

Puasa membuka mata batin manusia terhadap realitas yang sering terabaikan. Dalam rasa lapar, kita menyadari betapa rapuhnya keberadaan ini; dalam dahaga, kita memahami makna setetes air.

BACA JUGA :  Dr. Yoshinori Ohsumi Bongkar Keajaiban Puasa dalam Memperbaiki Sel Tubuh dan Anti-Penuaan

Sebagaimana diungkapkan dalam filsafat Stoikisme.

“Kekurangan adalah jalan menuju kebijaksanaan.”

Dengan menahan diri, kita belajar untuk bersyukur atas nikmat yang sering dianggap remeh.

Dalam ajaran sufisme, puasa bukan hanya soal menahan makan dan minum, tetapi juga tentang melepaskan diri dari keterikatan material.

Ramadan mengajarkan kita bahwa kebahagiaan sejati bukan terletak pada pemenuhan hawa nafsu, tetapi dalam ketenangan jiwa yang telah terbebas dari belenggu duniawi.

Puasa dan Jalan Menuju Ketaqwaan

Dalam filsafat Islam, ketaqwaan (taqwā) adalah puncak dari perjalanan spiritual manusia. Firman Allah:

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Taqwa bukan hanya tentang kepatuhan, tetapi tentang kesadaran mendalam akan kehadiran Tuhan dalam setiap aspek kehidupan.

BACA JUGA :  Mana yang Didahulukan: Takjil, Salat Magrib, atau Makan Berat? Begini Penjelasan Buya Yahya

Dalam kebijaksanaan para sufi, “Puasa adalah gerbang menuju cahaya Ilahi, di mana manusia menemukan hakikat dirinya.”

Dengan menjalani puasa, kita menapaki jalan spiritual yang membawa kita lebih dekat kepada-Nya.

Puasa Ramadan bukan hanya sekadar ritual, tetapi perjalanan filosofis menuju pemurnian jiwa. Ia mengajarkan kita kesabaran, keikhlasan, dan kebijaksanaan dalam melihat kehidupan.

Dalam setiap detik lapar, kita menemukan makna syukur; dalam setiap tegukan air saat berbuka, kita merasakan limpahan kasih Ilahi.

Puasa bukan hanya tentang menahan diri dari makan dan minum, tetapi tentang melepaskan diri dari keterikatan dunia dan menemukan kesejatian diri dalam cahaya spiritualitas.

 

Penulis : Ibhe Ananda
Ketua Umum : Serikat Wartawan Media Online Republik Indonesia – Pakar Hypnotherapy dan Coach Master
Follow Berita Zona Faktual News di Google News

Berita Terkait

3 Tahun Merantau, Pulang Jadi Mayat, Tukang Ojek Gowa Diduga Dibunuh KKB
CCTV Ungkap Sosok Pria Mencurigakan Sebelum Diplomat Kemlu Ditemukan Tewas
Gaza Menangis, 67 Anak Tewas Kelaparan, Dunia Masih Diam
Polda Sulsel Didesak Tuntaskan Dugaan Korupsi Kontainer di Makassar
Anas, Napi Langganan Kabur Rutan Sinjai Dihadiahi Timah Panas di Gowa
Karyawan KIMA Asal NTT Ditemukan Tewas Gantung Diri di Kamar Kos Makassar
Viral, Oknum Polri dan Persid TNI Digerebek Selingkuh di Villa
Pengangguran Bisa Gugat Pemerintah Jika Negara Gagal Penuhi Hak atas Pekerjaan

Berita Terkait

Selasa, 15 Juli 2025 - 00:06 WITA

3 Tahun Merantau, Pulang Jadi Mayat, Tukang Ojek Gowa Diduga Dibunuh KKB

Senin, 14 Juli 2025 - 01:50 WITA

CCTV Ungkap Sosok Pria Mencurigakan Sebelum Diplomat Kemlu Ditemukan Tewas

Senin, 14 Juli 2025 - 01:01 WITA

Gaza Menangis, 67 Anak Tewas Kelaparan, Dunia Masih Diam

Minggu, 13 Juli 2025 - 19:42 WITA

Polda Sulsel Didesak Tuntaskan Dugaan Korupsi Kontainer di Makassar

Minggu, 13 Juli 2025 - 02:40 WITA

Anas, Napi Langganan Kabur Rutan Sinjai Dihadiahi Timah Panas di Gowa

Berita Terbaru

Foto ilustrasi – Seorang ibu di Gaza menangis pilu sambil memeluk jasad anaknya yang kurus kering akibat kelaparan.

Global

Gaza Menangis, 67 Anak Tewas Kelaparan, Dunia Masih Diam

Senin, 14 Jul 2025 - 01:01 WITA