Zonafaktualnews.com – Di bawah langit kelabu, langkah Raja Gowa ke-38, Andi Kumala Idjo Daeng Sila Karaengta Lembang Parang Sultan Malikkusaid II Batara Gowa III, terasa begitu berat.
Didampingi kuasa hukumnya, dia kembali terlihat di Pengadilan Negeri Sungguminasa dan Kodim 1409/Gowa, Senin (5/8/2024) siang.
Perjuangan yang penuh air mata ini mencerminkan kesedihan yang mendalam.
Melangkah di Tengah Kesunyian
Rabu, 31 Juli 2024, Andi Kumala Idjo menyusuri jalan yang sepi menuju kantor Kejari, Polres Gowa, dan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX.
Misinya sederhana namun penuh makna: menyelamatkan warisan budaya Kerajaan Gowa. Dengan hati yang pedih, ia berusaha mengembalikan kejayaan yang semakin memudar.
Wawan Nur Rewa, kuasa hukumnya, berbicara dengan nada sedih saat menjelaskan komitmen Raja Gowa.
“Kami hanya ingin menjaga warisan sejarah dan budaya yang telah berabad-abad menjadi identitas penting bagi masyarakat adat dan umum,” katanya dengan suara bergetar. Warisan ini seolah terabaikan, lenyap ditelan waktu.
Harapan di Tengah Kehampaan
Kunjungan ini seharusnya menjadi secercah harapan bagi Andi Kumala Idjo. Kolaborasi antara kerajaan dengan pihak Kepolisian, Kejaksaan, Kodim, Pengadilan, dan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX diharapkan bisa memperkuat upaya pelestarian. Namun, kenyataan tak seindah harapan.
“Sering kali Pemda tidak melibatkan klien kami dalam berbagai kegiatan penting. Surat undangan datang sehari sebelumnya, sangat tidak beretika,” ungkap Wawan dengan mata berkaca-kaca.
Istana Balla Lompoa yang seharusnya menjadi lambang kebanggaan kini terasa sunyi dan sepi.
Melawan Ketidakadilan
Dengan suara yang semakin berat, Wawan menceritakan bahwa kunci brangkas asli istana tak ditemukan.
“Kami telah menyiapkan brangkas baru untuk menggantikan yang rusak. Kami mengundang seluruh unsur Muspida dan keluarga besar serta seluruh lapisan masyarakat luas.
Mari kita bahu-membahu melestarikan kebudayaan kita,” tuturnya, berharap ada cahaya di tengah kegelapan.
Air Mata di Balik Perjuangan
Perjuangan ini bukan hanya tentang benda, tetapi juga nilai-nilai budaya yang menjadi jati diri Kerajaan Gowa.
“Semoga Allah melihat perjuangan klien saya ini, meskipun kami berangkat dari secuil harapan. Tuhan maha adil, tidak ada yang tidak mungkin jika Ia berkehendak,” Wawan menambahkan dengan suara bergetar, matanya mulai berkaca-kaca.
Perjuangan Raja Gowa ke-38 dan timnya adalah sebuah perjalanan penuh kesedihan, namun tak kenal lelah.
Mereka berjuang demi warisan budaya yang kian terlupakan, berharap ada secercah harapan di tengah kesunyian yang mencekam.
Di balik setiap langkah mereka, tersimpan air mata dan harapan yang tak pernah padam.
Editor : Id Amor
Follow Berita Zona Faktual News di Google News





















