Di kehidupan ini, pertemanan itu seperti arus sungai—ada yang mengalir deras mendekat, ada pula yang perlahan menjauh.
Datang dan pergi, masing-masing membawa pesan, entah itu tentang kebaikan, kepentingan, atau bahkan sekadar numpang lewat.
Jangan terlalu berharap seseorang akan selalu tinggal. Sebab, sejatinya, dalam setiap pertemanan ada garis yang tak kasat mata: kepentingan.
Entah kepentingan kerja, bisnis, kesenangan, atau sekadar mengisi waktu. Dan ketika kepentingan itu selesai, mereka pun melangkah pergi, seolah tak pernah ada cerita yang dibagi.
Lalu, apakah itu salah? Tidak. Itu hukum alam.
Seorang teman bisa sangat akrab hari ini, namun esok berbalik arah, menjauh tanpa pamit. Tak perlu kecewa, apalagi merasa dikhianati.
Toh, pertemanan bukan keluarga yang terikat darah. Kita hanya berpapasan di persimpangan hidup, saling berbagi momen, lalu melanjutkan perjalanan masing-masing.
Jangankan pertemanan, pasangan hidup pun demikian. Istri yang dulu bersumpah setia, suami yang dulu berjanji tak akan pergi, semua bisa berubah seiring waktu. Hari ini kau adalah dunianya, esok mungkin hanya nama yang tertinggal di ingatan.
Maka, jangan terlalu menggenggam, jangan pula berlebihan dalam percaya. Semakin erat kau menggenggam, semakin mudah kehilangan.
Jalani pertemanan dengan sewajarnya. Jika masih sejalan, bersyukurlah. Jika harus berpisah, lepaskan dengan ikhlas.
Karena pada akhirnya, yang benar-benar bertahan bukan sekadar teman atau pasangan, melainkan mereka yang memang ditakdirkan ada—bukan karena kepentingan, tetapi karena keikhlasan.
Sebagaimana pepatah lama berkata:
“Jangan terlalu berharap pada manusia, karena mereka datang dengan alasan dan pergi dengan alasan yang sama. Seperti bayangan di senja, semakin kau kejar, semakin menjauh.”
Penulis : Ibhe Ananda
Ketua Umum Serikat Wartawan Media Online Republik Indonesia.
Pakar Hypnotherapy dan Coach Master
Follow Berita Zona Faktual News di Google News