Zonafaktualnews.com – Sungai Sekadau yang dulu jernih dan penuh ikan kini berubah menjadi arus beracun berwarna keruh pekat.
Dari hulu, limbah tambang emas ilegal atau PETI mengalir tanpa henti, meracuni air dan membunuh ribuan ikan yang selama ini menjadi sumber penghidupan warga.
Di Desa Mungguk, Kecamatan Sekadau Hilir, para petani keramba kini hidup dalam keputusasaan.
Setiap hari, ikan mati mengambang dengan perut kembung di air berbau menyengat. Keramba yang dulu ramai panen kini tinggal puing.
“Setiap hari ada ikan mati. Keramba kami tinggal puing. Tapi aparat dan pemerintah? Masih diam saja,” kata Iwan, seorang petani keramba, Sabtu (2/8/2025).
Bagi Iwan, yang paling menyakitkan bukan hanya ikan yang mati, tetapi juga matinya kepercayaan terhadap negara.
“Kami nggak minta uang. Kami cuma minta keadilan dan perlindungan hukum. Tapi sampai sekarang, ikan mati terus, dan mereka tetap tutup mata,” keluhnya.
Ironisnya, lokasi keramba Iwan hanya sepelemparan batu dari pusat pemerintahan dan kantor penegak hukum di Sekadau. Namun, aktivitas PETI tetap berjalan seperti tak tersentuh.
“Apa gunanya pidato Kapolda Kalbar soal pemberantasan PETI yang viral itu, kalau faktanya di lapangan nihil tindakan?” sindir Iwan tajam.
Berdasarkan laporan warga, sedikitnya delapan desa di Kabupaten Sekadau kini menjadi sarang tambang emas ilegal:
- Kecamatan Nanga Mahap: Desa Tembaga, Landau Apin, Kebau, dan Lembah Beringin
- Kecamatan Nanga Taman: Desa Nanga Koman dan Nanga Engkulun
Semua kegiatan ini berjalan tanpa izin resmi, dan limbahnya bermuara langsung ke Sungai Sekadau.
Hingga kini, belum ada penindakan nyata dari pemerintah daerah maupun kepolisian.
“Kalau nggak viral, nggak ada yang bergerak. Seolah negara ini hanya untuk mereka yang punya kekuasaan,” tegas Iwan.
Bagi warga, kondisi ini seperti mimpi buruk yang dibiarkan berlangsung di siang bolong. Negara seolah “tidur nyenyak” di ranjang empuk kekuasaan, tak terusik oleh jeritan rakyat yang hidupnya tergantung pada sungai.
Kini, harapan warga tinggal pada Presiden Prabowo Subianto dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Warga mendesak dibentuk tim investigasi independen untuk mengusut tuntas jaringan PETI di Kalimantan Barat, termasuk para aktor intelektual di balik bisnis haram itu.
“Negara harus hadir bukan hanya saat viral. Kami hidup dari sungai. Kalau sungainya rusak, ikan mati, anak-anak kami mau makan apa? Janji nggak bisa digoreng,” pungkas Iwan dengan nada getir.
Editor : Id Amor
Follow Berita Zona Faktual News di TikTok





















